Kamis, 03 Maret 2011

Kehancuran Hebat Kutub Selatan Sudah Di Depan Mata

 
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) AN-NUR
UJIAN SEKOLAH PRAKTEK
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
“MENCAIRNYA KUTUB SELAT



Nama                                      : Anis larasati
No Peserta                              : 08-02-02-506-041-8
Kompetensi Keahlian              : Pemasaran 



SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
AN-NUR
JL.Masjid Jamie AL-Barkah no.6 Kekupu Kel.Pasir-putih
kec. Sawangan Kota Depok
Telp. (021) 98189196



 




KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang mana pada saat ini saya masih diberikan nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Uji Praktek ini. Karena ini merupakan syarat yang harus dijalani dalam menyelesaikan Study pada jurusan  pemasaran di SMK An – Nur. 

                        Tak ada gading yang  retak, begitu juga kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas Uji Praktek ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun kreatifitas kami. 

                        Atas terselesaikannya penyusunan tugas ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami serta memotifasi kami dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada :
    1. Bapak Mukhlisin, S.Ag selaku Kepala Sekolah SMK An – Nur
    2. Ibu Armelia Yulia S.Pd selaku Ketua Bidang Kurikulum
    3. Bapak Jayadi, SH Selaku Kepala Program Penjualan
    4. Bapak Amanat Husein selaku Guru Penguji
Kami berharap tugas Uji Praktek ini dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang mebutuhkan.                                                                       
                                                                                 Depok, 05
   Maret  2011
                                                                                           Penyusun 

                                                                                  ANIS LARASATI







Dampak Pemanasan Global terhadap kehidupan bumi yang banyak diperkirakan para ahli ternyata datangnya lebih cepat dan lebih hebat seperti yang diduga sebelumnya. Hal ini ditunjukkan pada kehancuran Kutub Selatan ternyata lebih cepat dari yang selama ini telah diperkirakan. Sejak 1996 jumlah es yang hilang mencapai 75 persen, dan bertambah dengan cepat.
Hilangnya gletser di ujung Kutub Selatan mengakibatkan kenaikan permukaan air laut 0,4 Mm per tahun. Hilangnya es global dari Greenland, Antartika dan gletser lain menunjukkan permukaan air laut akan naik antara 80 centimeter dan 2 meter sampai 2100.
Penelitian yang membor jauh ke dalam batu di Kutub Selatan dan menemukan catatan kuno dari yang terakhir bahwa CO2 atmosfir mencapai tingkatnya sekarang. Studi itu menemukan bahwa saat 3 juta sampai 5 juta tahun lalu, permukaan air laut cukup hangat untuk mencairkan banyak bagian es Kutub Selatan ketika CO2 atmosfir hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan kondisinya hari ini. Es di bagian barat Antartika akan mencair sebelum lapisan es yang lebih besar di bagian timur Kutub Selatan karena es itu berada di bawah permukaan air laut dan menghangat bersama dengan air samudra.
Penelitian tersebut mengangkat pertanyaan yang tak terjawab mengenai berapa banyak CO2 atmosfir perlu naik untuk mencapai temperatur sampai 2 derajat celsius atau lebih. Kondisi CO2 di atmosfir sekarang berjumlah 387 bagian per juta, naik dari sebanyak 280 bagian per juta pada awal Revolusi Industri.
Kutub Selatan Tidak Stabil
Menghangatnya Bumi belahan selatan saat ini diperkirakan memengaruhi lapisan es di Kutub Selatan atau Antartika. Tim peneliti, telah mengungkapkan hasil studi yang menyatakan lembar es Antartika barat mulai tidak stabil. Para ahli mengembangkan model menjelajahi perubahan lapisan es dari dasar hingga lapisan yang mengapung.
Volume es yang terdapat pada lapisan Antartika barat itu setara dengan kenaikan permukaan laut 3,3 meter. Model yang dikembangkan menunjukkan ketidakstabilan pada landasan garis yang disebabkan perubahan iklim secara bertahap. Hal itu dapat menimbulkan perpecahan es.
Model-model iklim global ini sering menggunakan asumsi bahwa ketika dunia menghangat, lembaran es itu akan mencair dengan stabil, lalu menyebabkan kenaikan muka laut secara bertahap.
Struktur lapisan es jauh lebih kompleks. Para peneliti perlu melakukan lebih banyak pekerjaan untuk membangun model lebih baik tentang perilaku lembaran es. Kemudian untuk memprediksi perilaku es di masa depan sebagai dampak perubahan iklim.
Kehancuran Besar
Sekitar dua triliun ton es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair sejak tahun 2003. Hasil pengukuran menggunakan data pengamatan satelit GRACE milik NASA itu menunjukkan bukti terbaru dampak dari pemanasan global.
Antara Greenland, Antartika, dan Alaska, pencairan lapisan es telah meningkatkan air laut setinggi seperlima inci dalam lima tahun terakhir. Dari pengukuran tersebut, lebih dari setengahnya adalah es yang sebelumnya ada di Greenland. Selama lima tahun, es yang mencair dari Greenland tersebut mengalir ke Teluk Chesapeake dan mengalir ke laut lepas. Pencairan es di Greenland akan berlangsung semakin cepat.
Mencairnya es di daratan sebenarnya tak berpengaruh langsung terhadap kenaikan muka air laut di seluruh dunia seperti mencairnya lautan beku. Pada tahun 1990-an, pencairan es di Greenland tidak menyebabkan peningkatan air laut yang berarti. Namun, saat ini Greenland turut meningkatkan setengah milimeter tingkat air laut per tahun. Pencairan terus memburuk. Ini menunjukkan tanda yang kuat dari pencairan dan amplifikasi. Tidak ada perbaikan yang terjadi.
Hancurnya Jembatan Es Antartika
Sebuah jembatan es di Antartika yang menahan lapisan es sebesar wilayah Jamaika patah. Terdapat indikasi baru bahwa lempengan hamparan es itu mungkin akan segera terlepas dari Antarktika. Gambar-gambar satelit terbaru dari Badan Angkasa Eropa (ESA) menunjukkan bahwa salah satu jembatan es yang menghubungkan lempeng Wilksin dengan dua pulau yang berdampingan telah runtuh.
Para ilmuwan mengatakan, pemanasan global menyebab ambruknya jembatan es tersebut. Lempeng itu telah mengalami penyusutan sejak tahun 1990-an, tapi ini kali pertama kehilangan salah satu penghubung yang menahannya tetap di tempat.
Survei Kutub Selatan Inggris (British Antarctic Survey) menyatakan, enam lapisan es di bagian yang sama benua itu telah hilang. Sebuah foto satelit ESA menunjukkan gunung-gunung es baru tercipta yang mengapung di laut di belahan barat semenanjung Antarktika yang menonjol dari benua itu ke arah ujung selatan Amerika Selatan.
Beberapa ahli mengamati fenomena alam yang langka yang sangat mencengangkan itu. Sebelumnya para peneliti menempatkan pelacak GPS untuk memantau pergerakan. Meski patahan itu tidak memengaruhi permukaan laut, ini memperbesar kekhawatiran soal dampak perubahan iklim di bagian Antarktika tersebut.
Semenanjung Antarktika telah mengalami pemanasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam masa 50 tahun terakhir. Beberapa lapisan es menyusut dalam 30 tahun terakhir, enam dari jumlah itu ambruk total.
Kehancuran Lebah Hebat
Es yang sangat luas hampir mencapai 700 km persegi lepas dari beting es Kutub Selatan menjadi gumpalan-gumpalan es mengapung (iceberg) bulan ini. Hal itu terjadi setelah runtuhnya sebuah jembatan es.
Hasil pengamatn melalui gambar-gambar beting itu dari satelit Badan Ruang Angkasa Eropa , menunjukkan bahwa bidang es utara dari Beting Es Wilkins menjadi tidak stabil dan gumpalan es mengapung pertama telah terlepas.
Es seluas sekitar 700 kilometer persegi telah lepas dari Wilkins bulan ini dan pecah menjadi gumpalan-gumpalan es. Luas kehancuran itu lebih besar daripada Singapura atau Bahrain dan hampir seukuran Kota New York.
Es seluas 370 km persegi itu pecah dalam hari-hari terakhir dari Beting Es Wilkins, yang terakhir dari sekitar 10 beting di Semenanjung Antartika yang menyurut dalam sebuah tren yang dihubungkan oleh Panel Iklim PBB pada pemanasan global.
Gumpalan-gumpalan es yang baru itu menambah 330 km persegi es yang lepas bulan ini dengan runtuhnya sebuah jembatan es yang menahan Beting Wilkins antara Pulau Charcot dan Semenanjung Antartika.
Sembilan beting lainnya—es yang mengapung di laut dan berhubungan dengan pantai—di sekitar Semenanjung Antartika telah menyusut atau runtuh dalam 50 tahun terakhir, seperti Beting Larsen A tahun 1995 atau Larsen B tahun 2002. Tren ini dianggap disebabkan oleh perubahan iklim karena gas bahan bakar fosil yang memerangkap panas.
Gunung Es Terapung Mengancam ke Selandia Baru
Ratusan gunung es terapung dari Antartika kini tengah bergerak dan mengancam ke wilayah Selandia Baru. Fenomena alam yang jarang terjadi ini membuat para awak kapal yang melintas di daerah itu harus ekstra hati-hati akan ancaman ini.
Badan Glasiologi Australia Divisi Antartika mengungkapkan, titik es terlihat dari foto satelit telah melewati Pulau Auckland dan kini tengah menuju Pulau Selatan, yang berjarak sekitar 450 kilometer arah timur laut. Lebih dari 100 gunung es, yang diperkirakan berukuran sekitar 200 meter tersebut dapat dilihat hanya pada satu kluster. Ini menandakan di lokasi itu ada ratusan gunung es.
Benda yang mengapung itu adalah sisa dari bongkahan es yang memisahkan diri dari Antartika akibat pemanasan global. Apa yang ada sekarang, berasal dari sebuah bongkahan es yang lebih besar, yang mungkin berukuransekitar 30 kilometer persegi ketika meninggalkan Antartika.
Selandia Baru kerap mengeluarkan peringatan navigasi pantai untuk perairan selatan di mana bongkahan es terlihat. Ini benar-benar peringatan untuk pelayaran di area yang banyak dilabuhi bongkahan gunung es.
Benua Antartika Semakin Hangat
Benua Antartika di Kutub Selatan bertambah hangat selama setengah abad terakhir seperti halnya belahan lain dunia. Penelitian terbaru itu mematahkan pendapat sebelumnya yang mengungkapkan bahwa daerah tersebut suhunya menurun.
Kajian yang dilakukan para ilmuwan AS itu dilakukan dengan mengombinasikan catatan cuaca dan satelit di wilayah Kutub Selatan yang berisi 90 persen es dunia. Hasilnya menunjukkan bahwa temperatur beku telah naik sebesar 0,5 derajat Celsius (0,8 Fahrenheit) sejak 1950-an.
Para ilmuwan tersebut menyimpulkan bahwa wilayah timur Kutub Selatan, yang lebih besar dan lebih dingin dibandingkan dengan bagian baratnya, bertambah hangat 0,1 derajat Celsius per dasawarsa. Sementara temperatur di bagian barat naik 0,17 derajat Celsius per dasawarsa, lebih cepat daripada kenaikan rata-rata global.
Penelitian sebelumnya memang menunjukkan bahwa temperatur di sebagian besar benua di dasar bumi tersebut tetap sama atau sedikit lebih dingin. Selama bertahun-tahun, Kutub Selatan menjadi satu-satunya tempat yang terlihat aneh seolah kebal dari perubahah iklim. Bertambah dinginnya temperatur di beberapa bagian Antartika menjadi senjata bagi sebagian peneliti untuk memberikan argumen bahwa perubahan cuaca dibesar-besarkan.
Hasil penelitian terbaru mamatahkan anggapan tersebut apalagi dilakukan secara menyeluruh di seluruh bagian Antartika. Para ilmuwan yang tetap yakin Antartika dipengaruhi pemanasan global memperkirakan pendinginan tersebut hanya bersifat lokal karena dipengaruhi angin dingin yang bertiup ke kawasan kutub
Sumber : National Geographic, kompas dan berbagai sumber lainnya